Sekilas Kambing Etawa
12 February 2009
Sejarah Kambing Peranakan Etawa (P.E) yang berada di desa Donorejo, Kec Kaligesing, Kab Purworejo merupakan kambing keturunan Etawa asal negara India yang dibawa oleh penjajah Belanda.
Kambing tersebut kemudian di kawin silangkan dengan kambing lokal di Kaligesing. Hingga saat ini kambing Peranakan Etawa dikenal sebagai ras kambing Peranakan Etawa asli Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.
Pada saat ini Kambing Peranakan Etawa ini terus dikembangbiakkan. Kambing Peranakan Etawa diminati oleh banyak orang terutama di sekitar Jawa Tengah sehingga kambing ini menyebar pesat ke berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo bahkan hingga ke luar Purworejo seperti ke Kulon Progo, Kendal, Sidoarjo-Jatim, bahkan saat ini telah memasuki pasar dunia termasuk ke Malaysia
Kambing Peranakan Etawa ini memiliki ciri khas pada bentuk mukanya yang cembung, bertelinga panjang-mengglambir, postur tubuh tinggi (gumla) antara 90-110 cm, bertanduk pendek dan ramping.
Kambing jenis ini mudah berkembang dengan baik di daerah berhawa dingin, seperti daerah sekitar pegunungan atau dataran tinggi .
Kambing jenis ini memiliki badan besar warna bulu beragam, belang putih, merah coklat, bercal, bercak hitam atau kombinasi ketiganya dan pada bagian belakang terdapat bulu yang lebat dan panjang.
Panggemar kambing Peranakan Etawa umumnya sangat menyukai keindahan bulu dan bentuk mukanya.
Karena itu sangat jarang jenis kambing ini dijadikan kambing semblihan (potong) untuk dimakan, mereka lebih memfungsikannya sebagai “klangenan atau piaraan” untuk koleksi.atau Prestige Bahkan konon jaman dulu, bagi yang memiliki kambing Etawa akan terlihat “selera” dan “siapa” orang itu di mata masyarakat.
Saat ini pengembangan terpadu kambing Etawa ditawarkan kepada investor oleh Pemerintah Daerah. Diharapkan tawaran ini mendapat respon positif mengingat potensi pasarnya yang masih belum tergarap optimal.
Investor tentu tak akan rugi membisniskan kambing ini.
Sumber
http://www.kambingetawa.org
IB pada Kambing dan Domba
* Oleh Harjuli Hatmono
Inseminasi buatan (IB) merupakan hal biasa. Umumnya dilakukan pada
ternak sapi, dan terbukti mampu memperbaiki produksi daging dan susu. IB
merupakan generasi kedua dari teknologi reproduksi. Sayangnya,
pemanfaatan praktis pada ternak kambing dan domba masih memerlukan
perubahan perilaku.
PENGELOLAAN reproduksi sangat penting dalam menentukan target
reproduksi. Sebelum menggunakan teknologi yang lebih mutakhir, seperti
rekayasa genetika dan kloning, IB merupakan teknik praktis yang dapat
diandalkan dalam meningkatkan produksi ternak.
Potensi ternak kambing dan domba dalam hal produksi adalah menyediakan
bahan pangan asal hewan, berupa daging dan susu (dari kambing perah).
Umumnya petani sudah terbiasa memelihara kambing. Tetapi tidak banyak
petani yang memproduksi ternak kambing yang ’’tidak biasa’’, misalnya
bobot badan lebih berat, persentase karkas lebih tinggi, dan kualitas
daging lebih bermutu.
Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo pernah
’’menyindir’’, provinsi ini hanya menjadi ’’tempat kencing’’ bagi para
sopir truk yang melintas dari Jakarta ke Surabaya (Jawa Timur), atau
sebaliknya. Untuk itu, mereka harus dipikat dengan sajian sate yang
berasal dari kambing yang gemuk dan sehat.
Sebenarnya itu bukan sindiran, melainkan tantangan bagi para petani /
peternak di Jawa Tengah untuk mengembangkan peternakan kambing dan
domba, sehingga produknya bisa gemuk-gemuk, sehat, dan berkualitas.
Di sisi lain, usaha peternakan pada gilirannya dapat mendorong
berkembangnya ekonomi sebagai bagian dari misi pembangunan ekonomi
kerakyatan berbasis pertanian, UMKM, dan industri padat karya.
Teknik Inseminasi
Semen untuk IB dapat dibedakan menjadi dua, yaitu semen beku dan semen
cair. Teknik IB dengan semen beku relatif mudah untuk dilakukan.
Peralatan yang diperlukan berupa spekulum (berbentuk paruh bebek) untuk
membuka vagina, Artificial Insemination (AI) Gun untuk “menembakkan”
semen ke dalam leher rahim, serta plastik sit untuk menempatkan straw
(kemasan semen beku).
Ada lagi pinset untuk mengambil straw, gunting untuk memotong ujung
straw, dan kertas tisu. Yang tak kalah penting adalah mangkok air, yang
digunakan untuk pencairan semen beku dalam straw. Proses pen-cairan ini
disebut juga sebagai tawing.
Langkah kegiatan IB dengan menggunakan semen beku dimulai dengan
mengambil straw dari dalam termos atau kontainer secara hati-hati.
Pegang di bagian ujung kemasan, lalu baca label yang tertera pada straw
secara singkat.
Lakukan tawing sekitar 5 detik! Ambil dan keringkan dengan usapan tisu.
Tempatkan straw pada ujung AI Gun, lalu guntinglah ujung kemasan straw
tersebut. Pasang plastik sit pada AI Gun, kemudian difiksasi agar posisi
straw mantap. Bawa AI Gun yang telah siap, juga spekulum ke kandang
ternak betina.
Dengan pertolongan orang lain (misal perawat ternak), angkat kedua kaki
belakang kambing / domba sehingga badannya membentuk sudut 40-45 derajat
terhadap lantai kandang. Buka vagina ternak dengan menggunakan spekulum
yang sudah diberi pelumas. Lihat posisi lubang cervix, dan incarlah.
Masukkan ujung AI Gun melalui lorong spekulum menuju lubang cervix.
Dorong hingga ke posisi empat, atau batas cervix tertahan sesuatu
tekanan. Ujung gun masuk sekitar 1 cm.
Semprotkan semen pada bagian tersebut, kemudian tarik AI Gun secara
perlahan-lahan. Tahan posisi kambing dengan sudut 45 derajat selama 5
menit. Setelah itu, lepas kedua kaki kambing sehingga dapat berdiri
kembali. Selesai!
Semen Cair
Bagaimana teknik IB dengan menggunakan semen cair? Pertama, lakukan
penampungan semen dari seekor pejantan. Siapkan dulu seekor betina
perangsang (teaser) untuk dinaiki pejantan. Namun, ini pura-pura saja.
Sebab ketika pejantan ejakulasi, cairan semennya ditampung ke dalam
vagina buatan yang telah disiapkan.
Bawa segera semen ke tempat teduh, atau ke dalam ruangan, untuk
dilakukan pengenceran. Jika volume semen dari seekor pejantan sebanyak 2
ml, maka dapat diencerkan dengan cairan fisiologis hingga menjadi 4 ml.
Isap cairan semen dengan spuit, yang ujungnya disambung dengan plastik
sit. Setiap betina disuntik dengan cairan semen sebanyak 0,2 ml. Jadi
semen yang telah diencerkan sebanyak 4 ml bisa digunakan untuk membuahi
20 ekor betina sekaligus.
Kini, semen cair dibawa ke kandang betina yang birahi, untuk dilakukan
kawin suntik. Prosedurnya sama dengan teknik IB dengan menggunakan semen
beku.
Teknik IB dengan semen cair memang lebih sederhana, tidak memerlukan
perlakuan dan peralatan khusus. Sangat praktis diterapkan pada
peternakan yang memiliki bibit unggul dengan jumlah populasi ternak
betina mencapai 50 ekor atau lebih. Setiap kali melakukan kawin suntik,
12-20 ekor betina bisa memperoleh pelayanan. (32)
— Drh Harjuli Hatmono MSi, Kepala Bidang Kelembagaan Sekretariat
Bakorluh Jawa Tengah; anggota Dewan Pengurus Perhiptani Jawa Tengah.
http://suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacet\
ak&id_beritacetak=52682
sumber : tech.groups.yahoo.com
Analisa Usaha Penggemukan Sapi
Apakah usaha penggemukan sapi potong itu menguntungkan ?. Kuncinya adalah ketrampilan dan pengetahuan untuk dapat memprediksi semua faktor yang saling berhubungan. Oleh sebab itu para peternak diharapkan untuk memiliki data-data lengkap mengenai Biaya yang harus dikeluarkan serta Pendapatan yang nantinya bakal dari peroleh dari usaha penggemukan sapi ini. Semakin detil data yang dimiliki akan semakin kecil pula resiko kerugian yang bakal dialami oleh peternak tersebut.
Pada intinya untuk perhitungan Rugi Laba, diperlukan data sbb :
- Biaya Produksi, dibagi menjadi dua yaitu :
- Biaya tetap, adalah biaya investasi yang besarnya tidak pernah berubah, seperti sewa lahan, bangunan kandang dan peralatan.
- Biaya tidak tetap, diantaranya pembelian bakalan, pakan, upah tenaga kerja, rekening listrik, telepon dan transportasi.
- Hasil Produksi, merupakan pendapatan yang diperoleh, dapat berupa pendapatan utama dan hasil ikutan.
Contoh sederhana analisa usaha penggemukan sapi potong jenis P.O (Peranakan Ongole) per satu periode (0,5 tahun = 180 hari), dengan asumsi biaya sbb:
A.BIAYA PRODUKSI
Biaya Tetap
- Biaya Sewa Lahan : 500 meter, Rp.2.000.000/tahun, jadi biaya per periode adalah Rp.2.000.000,- x 0,5 tahun = Rp.1.000.000,-
- Biaya Bangunan kandang : Rp.30.000.000 (bertahan 20 tahun),jadi penyusutan per periode adalah Rp.30.000.000,- : 20 tahun x 0,5 = Rp.750.000,-
Total Biaya Tetap
= Biaya Sewa Lahan + Biaya bangunan
= Rp.1.000.000,- + Rp. 750.000,- = Rp.1.750.000,-
= Rp.1.750.000,-
Biaya Tidak Tetap
- Biaya Pembelian 10 ekor Sapi bakalan P.O (Peranakan Ongole) berat 300 kg, harga Rp.23.500,-, jadi biaya pembelian sapi bakalan adalah 10 ekor x 300 kg x Rp.23.500,- = Rp.70.500.000,-,-
- Biaya Pakan Hijauan, 8 kg /ekor/hari, harga Rp.300,-/kg, jadi total biaya pakan untuk 10 ekor sapi per satu periode adalah : 8 kg x 10 ekor x 180 hari x Rp.300,- = Rp.4.320.000,-
- Biaya Pakan konsentrat, 5 kg/ekor/hari, harga Rp.2.000,-/kg, jadi total biaya konsentrat untuk 10 ekor sapi per satu periode adalah : 5 kg x 10 ekor x 180 hari x Rp.2.000,- = Rp.18.000.000,-
- Biaya Pakan Tambahan, berupa Garam dapur (NaCl), tepung tulang, kapur,dll seharga Rp.100,- / ekor/hari, jadi total biaya pakan tambahan untuk satu periode adalah : Rp.100,- x 10 ekor x 180 hari = Rp.180.000,-
- Biaya Tenaga kerja, 2 Orang, Rp.15.000,- / hari, jadi total biaya untuk tenaga kerja per satu periode adalah : 2 x Rp.15.000,- x 180 hari = Rp.5.400.000,-
- Biaya Lain-lain,seperti Rekening Listrik, Telepon,Obat-obatan, transportasi Rp.500.000,- / bulan, jadi total biaya lain-lain adalah : Rp.500.000 x 6 bulan = Rp.3.000.000,-
Jumlah Biaya Tidak Tetap = Biaya Pembelian sapi bakalan + Biaya pakan + Biaya Tenaga Kerja + Biaya lain-lain
= Rp.107.100.000,-TOTAL BIAYA PRODUKSI
= Biaya tetap + Biaya Tidak Tetap
= Rp. 1.750.000,- + Rp.101.400.000,-
= Rp. 103.150.000,-
B. HASIL PRODUKSI / PENDAPATAN
- Hasil Penggemukan 10 ekor sapi dengan pertumbuhan berat rata2 adalah 0,8 kg/hari, jadi total berat setelah penggemukan adalah : (300 kg x 10 ekor) + ( 1 kg x 180 hari x 10 ekor) = 4.800 kg. Harga penjualan adalah Rp.23.000,-, jadi hasil penjualan sapi adalah : 4.800 x Rp.23.000,- = Rp.110.400.000,-
- Hasil penjualan kotoran Sapi, 7 kg x 10 ekor x 180 hari x Rp.250,- = Rp.3.150.000,-
C. KEUNTUNGAN
Keuntungan = Total Pendapatan – Total Biaya
= Rp.113.550.000,- – Rp.103.150.000,-
= Rp.10.400.000,-
D. ANALISA BREAK EVENT POINT
Break Event Pont (BEP) disebut juga titik impas, merupakan perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan dengan total produksi.
BEP = total Biaya : total produksi= Rp.103.150.000,- : 10 ekor
= Rp.10.315.000,- ekor
Dengan berat setelah penggemukan adalah 480 kg, maka
BEP adalah Rp10.315.000,- : 480 kg = Rp. 21.489,- / kg
E.ANALISA BENEFIT COST RATIO
Adalah perbandingan antara angka pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan.
B/C Ratio = Total Pendapatan : Total biaya= Rp.113.550.000,- : Rp. 103.150.000,-
= 1,1
Suatu usaha dikatakan layak apabila angka Benefit Cost ratio (B/C Ratio) lebih dari 1.
Bagaimana menurut Anda, apakah usaha penggemukan sapi termasuk usaha yang menguntungkan ?
sumber : http://duniasapi.com/analisa-usaha-penggemukan-sapi/
sumber : http://duniasapi.com/analisa-usaha-penggemukan-sapi/