Mengenai Saya

Foto saya
SEKARANG INI SEMENTARA MENYELESAIKAN STUDI S1 PERTANIAN DI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

Jumat, 30 April 2010

Pestisida Organik? Mengapa Tidak

Pestisida Organik? Mengapa Tidak

Ditulis oleh matoa dalam kategori Berita MATOA, Info Lingkungan tanggal 28 Jul 2008

77140_sereh.jpg

Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pestisida merupakan zat kimia serta jasad renik dan virus yang digunakan membunuh hama dan penyakit. Dan sektor terbesar yang sering memakai pestisida adalah sektor pertanian. Penggunaannya meliputi sektor perikanan, perkebunan dan pertanian tanaman pangan yang menangani komoditi padi, palawija, dan hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias).

Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

DAMPAK PESTISIDA

Logam berat yang merupakan unsur pestisida biasanya ditimbun di dalam hati, sehingga mempengaruhi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Pestisida juga dapat mengganggu peredaran hormon sehingga menyebabkan efek testikular dan menimbulkan sejumlah penyakit seperti kanker prostat, problem reproduksi perempuan, kanker payudara, dan perubahan perilaku.

Sebuah penelitian di Cina, bahkan mengungkap pria yang terkena pengaruh pestisida selama bekerja ternyata berisiko mendapat gangguan kualitas sperma yang dapat mempengaruhi kesuburan.

Gejala keracunan yang disebabkan oleh berbagai golongan pestisida :tabel.JPG

PERTANIAN ORGANIK

Saat ini, pangan organik merupakan trend komoditas bisnis yang sangat bagus. Berbagai seminar – seminar pun sering dilakukan, baik oleh pihak departemen pertanian, departemen kesehatan, para pejabat teras, bulog bahkan LSM – LSM pun turut serta dalam berpartisipasi agar masyarakat indonesia dan para petaninya agar untuk mengkonsumsi dan menanam pangan organik.

Sekarang rata – rata para petani di Indonesia sudah banyak yang membuka lahan dan mengembangkan pertanian organik. Terbukti menurut komentar para petani yang sudah 5 sampai dengan 8 tahun mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik, pendapatan petani tanaman organik menuju keadaan membaik daripada petani dengan pertanian kimiawi/anorganik. Alasannya di samping pendapatan hasil pertaniannya meningkat plus mereka juga menikmati pola dan gaya sehat secara alamiah dan murah.

PESTISIDA ORGANIK

Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organik pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia.

Penggunaan pestisida organik harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama.

Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah.

Berbagai jenis pestisida organik antara lain :

mujair.jpg

Pestisida yang berasal dari ikan mujair. Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur. Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.

mahoni.jpg

Pestisida organik lainnya dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.

Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah.

Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah juga dapat dilakukan dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya dengan memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman. Pertanian secara tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama tanaman tertentu.

[dari berbagai sumber]

lebih lengkap di file pdf di bawah ini :


pestisida-organik.pdf

Sumber

* matoa.org


PESTISIDA ALAMI: DAUN TOMAT, BAGUS TAPI HATI-HATI.!

PESTISIDA ALAMI: DAUN TOMAT, BAGUS TAPI HATI-HATI.!

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 14 Februari 2009
Foto: forums.gardenweb.com, Daun Tomat
, hati-hati ada racunnya!
Oleh: Sobirin

Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami, tapi perlu waspada dan hati-hati, sebab ketika daun tomat dipakai sebagai pestisida alami bisa bersifat racun bagi manusia. Gunakan sarung tangan, penutup hidung, dan mulut pada saat kita menyemprotkan ke tanaman.

Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk.

Cara membuatnya sebagai berikut:


Pertama, ambil daun tomat kira-kira seberat 1 (satu) kilogram. Pakai sarung tangan ketika memetik daun tomat.

Kedua, daun tomat dimasak dalam 2 (dua) liter air selama 30 menit.

Ketiga, tambahkan lagi potongan-potongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak 2 (dua) genggam, dan tambahkan pula 2 (dua) liter air. Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama 6 jam (1/2 hari).

Keempat, disaring dan tambahkan 1/4 batang sabun.
Cairan telah bisa digunakan sebagai insektisida dan fungisida alami.

Semprotkan cairan ini setiap 2 (dua) hari sekali bila jumlah serangga pengganggu cukup banyak.

HATI-HATI:


  • DAUN TOMAT KETIKA DIPAKAI SEBAGAI INSEKTISIDA DAN FUNGISIDA BERSIFAT RACUN BAGI MANUSIA.
  • ADA UNSUR KIMIA YANG TERKANDUNG DALAM DAUN TOMAT MENJADI JAUH LEBIH PEKAT KONSENTRASINYA.
  • KANDUNGAN UNSUR KIMIANYA ADALAH SENYAWA ALKALOID YANG DISEBUT ‘TOMATINE’ YANG TERDAPAT PADA DAUN DAN BATANG TOMAT.
  • RACUN INI DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN PENCERNAAN YANG SERIUS.
  • GUNAKAN SARUNG TANGAN, PENUTUP HIDUNG, PENUTUP MULUT KETIKA MEMETIK, MEMASAK, MENYARING, DAN MENYEMPROTKAN BAHAN INSEKTISIDA DAUN TOMAT INI.

Referensi:
Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation – www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5
(dan sumber lain).

SourcedFrom Sourced from: sampah diolah menjadi berkah


Pupuk Organik dari Urine Sapi

Pupuk Organik dari Urine Sapi

Sunday, August 23, 2009
By Abrianto Wahyu Wibisono

pupuk cair organik dari air kencing urine sapiSejak dahulu kala, daging, kulit, serta kotoran sapi memang termasuk komoditi yang telah terbukti mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kini air kencing (urine) sapi ternyata telah mulai menjadi komoditi berharga. Urine sapi , oleh Ahmad Syukur, warga Desa Mlatiharjo Kecamatan Gajah, diolah sebagai pupuk cair organik.

Berkat ide dan kerja kerasnya selama tiga tahun, dia mampu menyulap air kencing sapi dan sejumlah empon-empon dapur menjadi pupuk cair organik. Urine sapi diproses menjadi pupuk cair organik melalui pencampuran dengan sejumlah empon-empon yang kemudian di fermentasikan secara sederhana selama 21 hari, dengan proses pengadukan yang dilakukan setiap 7 (tujuh) hari sekali. Empon-empon adalah aneka bumbu dapur seperti kencur, kunyit, jahe, lengkuas, serai, daun imbo dan terasi. Semua bahan ini ditumbuk halus kemudian ditambahkan parutan nanas busuk lalu dicampurkan ke dalam cairan kencing sapi. Nanas ini berfungsi untuk sebagai bahan pemicu fermentasi.

Untuk pembuatan pupuk cair organik yang ekonomis, dibutuhkan setidaknya 200 liter cairan urine sapi. Kapasitas 200 liter tersebut diperkirakan diperoleh dari 13 ekor sapi dalam sehari. Untuk menampung urine ini dibutuhkan instalasi khusus pembuangan limbah ternak secara permanen. Dengan begitu, urine sapi secara otomatis bisa tertampung dalam wadah yang telah disiapkan.

Dari hasil percobaan di lapangan, pupuk cair organik dari urine sapi harus diencerkan terlebih dahulu. Dosisnya adalah 1 liter pupuk cair organik dari urine sapi dicampur dengan 60 liter air. Pupuk ini terbukti cukup baik sebagai penyubur tanaman, akan tetapi jika komposisinya tidak pas justru membuat layu tanaman. Selain sebagai penyubur, pupuk ini juga ada berkhasiat untuk menghalau hama. Dengan demikian, penggunaan pupuk cair organik dari urine sapi ini dapat menambah keuntungan para petani, karena mengurangi biaya operasional perawatan tanaman.

Sumber :

  • wawasandigital.com
  • submersibledesign.com
  • duniasapi.com